CONTENT

29 Desember 2008

IBNU MISKAWAIH dan Falsafat Akhlak

Filosof Islam terbesar yang memberikan perhatian khusus mengenai falsafat akhlak adalah Ibnu Maskawaih, walaupun menurut para ahli, falsafatnya itu merupakan sintesa dari berbagai pandangan, terutama dari filsafat etika Yunani (Plato, Aristoteles dan terutama Jalinus) dan unsur-unsur akhlak Islam. (Muhammad Yusuf Musa, 1963: 81-117, Ahmad Mahmud Shubhi, t.t. : 16). Bagi Ibnu Miskawaih , falsafat akhlak sebagai disiplin ilmu tersendiri merupakan sistem metodologi untuk mencapai khulq yang baik yang menerbitkan perbuatan-perbuatan baik secara mudah guna mencapai tujuan akhir: sa’adah abadiyah. Untuk itu pertama-tama perlu diketahui hakikat nafs dan fungsinya berikut potensi-potensinya, yang bila potensi-potensi itu digunakan sebagaimana mestinya akan tercapai martabat kemanusiaan yang tinggi. Juga perlu difahami cara-cara memelihara kesehatan nafs dan penyakit-penyakit yang mengotorinya.


Dengan demikian, falsafat akhlak Ibnu Miskawaih meliputi tiga komponen inti : Idea yang harus dicapai, realitas jiwa (Khulq) manusia berikut sebab-sebab yang membentuknya, dan metodologi, baik preventif yakni upaya-upaya di alam ini, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda mati, termasuk bahannya yaitu api, udara, tanah dan air, tersusun secara struktural dari tingkat yang paling rendah sampai kepada yang paling tinggi, sejak benda mati, tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia sampai kepada malaikat. Masing-masing mempunyai fungsi dan tujuan khusus penciptaannya, berikut potensi-potensi (qiwa), kemampuan dasar (malakah) dan perbuatan yang sesuai dengan fungsinya itu, yang membedakan satu sama lain. “kamal” kesempurnaan dan “fadlilah” (keutamaan) masing-masing terletak pada kemampuannya melaksanakan fungsi sesuai potensi yang dimilikinya itu.

Download komplitnya disini

0 komentar: