Pada hari Minggu tanggal 27 Januari 2008 kita Bangsa Indonesia telah kehilangan seorang Putra Bangsa salah satu mantan Presiden Indonesia yaitu Hi.M. Soeharto, beliau akhirnya berpulang setelah mengalami masa kritis yang cukup panjang.
Saya cukup merasakan sesuatu yang haru walaupun secara ikatan keluarga tidak ada hubungan dan saya merasakan sesuatu yang berbeda bukan karena dia sosok dan seorang mantan Presiden Indonesia.
Artikel saya ini tidak akan membahas masalah hukum dan Warisan beliau tetapi saya coba mengambil sesuatu hikmah bahkan mencermati kejadian-kejadian yang membuat kita harus berpikir menempatkan kita sebagai Hamba Tuhan.
Pak Harto yang biasa disebut terakhir masuk Rumah Sakit awal Januari dan begitu banyak usaha dan kemampuan yang dilakukan semua pihak untuk menyembuhkan penyakit beliau, bahkan pada tanggal 10 Januari team Dokter Kepresidenan harus mengimport suatu alat yang harus dipasang di badan pak Harto, sedangkan diluar ada sebagian masyarakat yang begitu semangat untuk menyatakan beliau bersalah dalam salah satu kasus, ini menjadi suatu kontradiktif bagi saya sebagai orang awam.
Mengapa menjadi kegalauan saya karena mereka yaitu pihak keluarga yang diwakili Pengacara dan sebagian masyarakat yang diwakili oleh praktisi politik belum tepat menempatkan persoalan pada saat yang tepat dan posisi yang sebagusnya kita sebagai hamba Tuhan.
Sebagai Keluarga mengapa tidak dengan besar hati mengatakan mohon maaf walaupun mungkin kita tidak bersalah, karena memang kita akan susah untuk mengetahui kesalahan pada masa lampau tetapi orang lain yang merasa disakitilah yang akan terus mngetahui dan merasakan. Sedangkan Pemerintah pernah menerbitkan SKP2 yang intinya menutup masalah secara pidana dan secara perdata dapat diselesaikan dengan kekeluargaan.
Dan para wakil yang menuntut begitu semangat bahkan kalau saya mengatakan over acting seolah mereka terlalu bersih dengan debu Dunia.
Substansi tuntutan mereka tidak terlepas dan hanya rasa kecewa saya yakin masyarakat belum tersentuh rasa sakit hati(mungkin sebagian masyarakat).
Dan kalaupun kita lakukan survey langsung kemasyarakat berapa persen yang kecewa dengan uang mereka potong selama puluhan tahun dan gaji mereka perbulan (PNS dan TNT) untuk yayasan yang dikelola Pak Soeharto, mereka pun sudah melupakan uang tersebut. Seandainya akan dikembalikan apakah memang dikembalikan ke para PNS dan TNI yang selama ini uang mereka dipotong, kecil kemungkinan dikembalikan atau ke Negara? menurut saya sebagai awam itu bukan uang Negara itu adalah uang anggota yayasan tersebut dimana anggotanya adalah para PNS, TNT, dan karyawan BUMN dsb.
Jadi disini masalahnya kita harus kembalikan kepada posisi kita sebagai Hamba Tuhan yang memuat ajaran-ajaran yang sudah pasti bijak.
Setelah beliau meninggal tak terduga begitu banyaknya masyarakat termangu dengan berita tersebut baik mencela maupun berdo’a untuk beliau, bahkan seluruh stasiun televisi berlomba-lomba untuk mengabadikan momen tersebut.
Tarzon Bursyah, S.Kom
CONTENT
11 Februari 2008
Selamat Jalan Bapak Soeharto
Diposting oleh Irfan M.T.I di 2/11/2008 06:25:00 AM
Label: Renungan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar