Setelah kekeringan yang saya rasakan sangat menyiksa, sumur-sumur pada kering, sumur bor macet, dan PDAM yang alirannya ga lancar. Terlebih lagi rumah saya dihuni oleh 29 orang (maklum kost-kostan cewek), dimana mayoritas adalah wanita yang notabene "boros" air dibandingkan 3 cowok ganteng penghuni rumah, (Eh tinggal 1 ding, yang 1 babe ga masuk itungan ganteng, sedang yang satu lagi si naufal yang baru umur 3 bulan). Akhirnya hujan sedikit-demi sedikit mulai mengguyur kota Metro Lampung tercinta. Tapi kadang-kadang bikin pusing juga kalau hujan turunnya kebanyakan. Bisa jadi Imlek tahun depan berubah dari Gong Xi Fat Cay menjadi "nGung Si Yuk Coy".
Nah, kebetulan nih di milisku ada kiriman dari temen bagaimana caranya supaya rumah tidak terbenam banjir (btw.. saya pernah ke Padang, disana ada jalan yang namanya Jl. Tarandam, Katanya sih tiap tahun saat musim hujan tuh daerah pasti terendam air.. bener ga teman² di Sum-Bar? ). Coba kita simak ...
Gaya keatas = volume x berat jenis air.
Hampir semua benda dapat mengambang di air, ini fenomena alam yang tampaknya bakal dimanfaatkan oleh manusia menjelang lumernya es di kutub bumi. Belanda, jawara dunia dalam hal air, mulai berfilosofi "membiarkan air laut memasuki daratan, lalu penduduk hidup mengambang di atasnya" ketimbang mempertahankan filosofi "membendung air laut". [De Telegraaf, Februari 2005] Hukum Archimedes sangat relevan di Belanda. Kini temperatur dunia mananjak sitorus, maka permukaan air laut pun ikut naik, menjadi problem besooaaar buat Belanda. Willem van Schaik membangun rumah mengambang memanfaatkan hukum Archimedes. Dibuat kotak beton besar kedap air, rumahnya didirikan di atas kotak beton kecilan yang ditaruh di dalam kotak beton besar tadi. Kalau terjadi banjir, airnya masuk ke kotak beton besar menyebabkan rumahnya mengambang (berdasarkan hukum Archimedes). Karena rumahnya bisa naik turun, pipa yang menghubungkan saluran riol dibuat flexibel, termasuk pipa saluran ke septic tank. Juga pipa ledeng/gas/listrik dll. dibuat flexibel.
Tinggal di atas air sebetulnya didapati di mana-mana, biasanya penghuninya orang miskin. Kenaikan suhu dunia yang melumerkan es di kutub bumi tampaknya akan menjadikan hidup di atas air sebagai "a must". [De Telegraaf, 5 Desember 2007] Ties Rijcken melanglang buana dan menemukan fenomena kedekatan manusia dengan air. Ia membuat reportase dan foto-foto rumah air di Amerika Utara, Asia Tenggara dan Eropa Barat. Semuanya dirangkum dalam sebuah buku "Waterwijken Wereldwijd" (Kampung Air di Seluruh Dunia), penerbit De Republiek, harga 14,95 euro. Ties lulusan TU Delft, sedari mahasiswa ia sudah terobsesi oleh kehidupan di air, ia lulus cum laude dengan disertasi hidup di atas air. "Sebetulnya hidup mengambang di air adalah kebiasaan manusia sejak zaman dulu, misalnya warga yang berprofesi nelayan, atau orang miskin yang tidak punya pilihan lain." Beberapa foto yang dibuat Ties dapat disaksikan di sini.
Rumah di atas ikatan batang bambu di Kamboja
Boat yang dijadikan rumah hunian di sungai Thames, London
Rumah mengambang di Vancouver, Canada.
Rumah mengambang di kampung air IJsbaanpad di Amsterdam.
Yang perlu dipikirkan pada saat membangun rumah di air adalah puspa dan satwa (flora dan fauna) di bawah bangunan, harus dijaga agar mereka tidak mati kekurangan oksigen. Fauna dan flora yang mati di dalam air akan menimbulkan bau busuk, sesuatu yang tidak nyaman dan mengganggu kesehatan. [De Telegraaf, 11 Oktober 2006] Temperatur dunia terus naik, maka Belanda mesti memilih satu di antara dua kemungkinan:
1. Terus meninggikan bendungan, atau
2. Membiarkan air masuk ke dalam negeri dan penduduk Belanda hidup mengambang di atasnya.
Tampaknya Belanda akan mengambil alternatif nomor 2. Konstruksi bangunan yang ideal pun tampaknya telah ditemukan, yaitu gabungan beton dan gabus. Betonnya membuat bangunannya kokoh di atas air, gabusnya membuat bangunan dapat mengambang.
Rumah/villa besar di atas ini adalah eksperimen, bahan bangunan rumahnya dari beton, gabus dan kayu yang telah diawetkan. Terlihat tali besi yang mengikat rumah supaya tidak hanyut ke tengah laut. Foto De Telegraaf.
Selain rumah hunian, transportasi air pun perlu dipikirkan sejak sekarang. James Bond dalam sebuah filmnya pernah naik mobil, yang ketika masuk ke laut berubah menjadi boat. Ketika mendekati pantai, boat itu berubah kembali menjadi mobil, membuat orang-orang di pantai tercengang. [De Telegraaf, 31 Agustus 2007] Sekarang, teknologi James Bond itu benar-benar menjadi kenyataan. Seorang Belanda pemilik perusahaan kapal laut sukses menciptakan bus yang bisa disulap menjadi kapal air. Bus air itu made in Italia. Bus itu telah dicoba melaju ke Rotterdam, dengan disaksikan banyak penduduk Rotterdam, bus itu mencebur ke sungai Maas dan ........... hupla, berubah menjadi kapal air. Setelah mengarungi sungai selama setengah jam, bus itu dengan kalem kembali ke darat dan melanjutkan perjalanannya di jalur aspal sebagai bus biasa.
Foto De Telegraaf.
>>> Kendaraan air pun sebetulnya bukan barang baru, misalnya warga Kashmir di India sudah lama mengenal becak air.
>>> Sedia payung sebelum hujan, selain memanfaatkan hukum Archimedes sebelum tenggelam, menciptakan pulau buatan pun bakal marak, dan lagi-lagi Belanda top dalam hal ini. [Trouw, 1 November 2007] Partai Kristen Demokrat CDA mengusulkan pembangunan pulau Tulip di Lautan Utara. Pulau buatan ini direncanakan mempunyai luas 60.000 Ha. Selain menciptakan lahan pertanian baru, pulau itu juga dapat dijadikan benteng pertahanan Belanda, sekaligus wilayah untuk menciptakan energi alternatif. Proyek ini juga dapat menjadi reklame buat negara-negara di dunia yang berkeinginan menciptakan pulau buatan di negara mereka. Saat ini perusahaan Belanda telah sukses membangun pulau buatan di Dubai dalam bentuk daun palem, Palm Islands. Pada mulanya CDA dengan ide Pulau Tulip-nya itu tidak mendapat dukungan dari parpol-parpol lain di parlemen, namun makin lama dukungan pun terus bertambah. Kini parlemen Belanda menyetujui rencana kabinet Belanda untuk mengambil alih ide CDA tersebut menjadi ide kabinet atau ide nasional.
Rencana pulau Tulip di pantai barat Belanda. Foto Trouw 1 November 2007.
[De Telegraaf, 31 Oktober 2007] Mendengar usul Partai Kristen Demokrat CDA tentang rencana pembangunan polder (Pulau Tulip) di Lautan Utara, De Telegraaf mengadakan angket di antara pembacanya. Dari 2500 responden, 67% setuju dibangunnya polder itu. Polder adalah lahan tanah yang tercipta dengan menyurutkan air laut. Responden setuju bila polder yang berbentuk bunga tulip itu nantinya dimanfaatkan untuk perumahan, pertanian, industri, cagar alam dan rekreasi. Malah responden mengusulkan agar sekalian memindahkan bandar udara Schiphol ke laut, agar lahan di mana sekarang Schiphol berdiri dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Ketika responden ditanya, apakah tidak keberatan pembangunan Pulau Tulip itu akan mengubah peta negara Belanda? 75% responden menyatakan tidak keberatan. Bila Polder Tulip menjadi kenyataan, itu akan menjadi pulau buatan raksasa ke-2 setelah Palm Islands di Dubai. Seperti kita ketahui, Palm Islands di Uni Emirat Arab itu dibangun oleh (siapa lagi kalau bukan oleh) perusahaan Belanda, jawara penakluk laut.
Palm Islands di Dubai, dibangun oleh perusahaan Belanda. Foto RBP/De Telegraaf, 31 Oktober 2007.
### Indonesia terdiri dari 18.000 pulau, merupakan negeri kepulauan (archipelago) terbesar di dunia. Adalah wajar bila mahasiswa/sarjana Indonesia menciptakan rumah mengambang, bahkan menciptakan pulau baru. Sayangnya, yang terjadi sebaliknya, rumah-rumah di Indonesia bukan dibuat mengambang tapi lenyap ditelan lumpur atau banjir bandang. Dan Indonesia bukan menciptakan pulau baru malah menggali pasir dari pulau-pulau yang ada dan menjual pasirnya ke Singapura, sampai pulaunya sendiri ambles hilang tenggelam ditelan laut, ck ck ck :-(.
CONTENT
28 September 2008
Banjir tak perlu dilawan
Diposting oleh Irfan M.T.I di 9/28/2008 09:59:00 PM
Label: Do You Know?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar