CONTENT

13 Oktober 2008

MADRASAH : CITRA LEMBAGA KELAS 2 DAN PENGEMBANGANNYA

Abstact

Madrasah is education institution that character building Indonesian people. In reality, there is a gab between madrasah and school on the quality achievement. It might be caoused either by a high load curriculum in madrasah and the lack of government’s attention in service fulfillment. This condition berings upon some demands to bring back madrasah to the authority of Departemen of national Education. Some perceive that madrasah are being marginalized under the authority od Departemen of Religious Affair, that its duty dors not only handle educational problems.

Key words : Madrasah, dicotomic-dualism in education.



A. PENDAHULUAN

Membicarakan madrasah berarti membicarakan sebuah lembaga pendidikan keagamaan yang suah sangat tua dengan segala keunikan dan kontribusinya bagi pembangunan bangsa. Lembaga pendidikan ini memberikan kontribusi yang tidak ternilai harganya dalam mencetak ribuan kader bangsa dari puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu hingga sekarang ini. Potensi madrasah sebagai sebuah lembagapendidikan dengan ciri khas ke-Islaman adalah seperti “oase” yang menyegarkan di tengah-tengah menjamurnya lembaga pendidikan “sekuler”. Madrasah adalah benteng pendidikan Islam terdepan setelah pondok pesantren dan majlis-majlis ta’lim.

Potensi madrasah itu dapat dilihat dalam data perkembangan jumlah madrasah. Jumlah madrasah menurut data Direktorat Jendral kelembagaan Agama islam yand dirilis tahun 2003 menunjukkan angka yang cukup signifikan. Jumlah Madrasah Aliyah (MA) sebanyak 3.772 (berstatus Negeri 577 dan swasta 3.195) atau 84,7 % swasta. Jumlah Madrasah Tsanawiyah (M.Ts) sebanyak 10.792 (berstatus Negeri 1.168 dan swasta 9.642) atau 89,2%. Jumlah Madrasah Ibtidaiyah 22.799 (berstatus Negeri 1.482 dan swasta 21.317) atau swasta 93,5 %. (Dirjen Bagais, 2003 : 33) Jika kita memberikan rata-rata kepada setiap madrasah dari MI hinga MA mampu menyerap + 100 siswa maka berarti terdapat sekitar 3.736.300 anak mengenyam pendidikannya di madrasah dari Ibtidaiyah hingga madrasah Aliyah. Sebuah kontribusi cukup besar bagi bangsa yang tidak bisa dinafikan begitu saja.

Dari sisi lain sumbangan madrasah Ibtidaiyah terhadap jumlah siswa yang bersekolah menyumbang sekitar 20 % dari total siswa yang ada di sekolah. Di tingkat SLTP atau madrasah Tsanawiyah jumlahnya mencapai sekitar 35 % dari total siswa. Jumlah yang sangat signifikan untuk mendukung penuntasan wajib belajar 9 tahun (Abdul Hamid Wahid, 2007 : 5).

Dari segi anggaran, madrasah juga merupakan lembaga pendidikan yang tidak terlalu tergantung pada anggaran pemerintah, karena kebanyakan madrasah dikelola oleh masyarakat secara mandiri atau swasta dan hanya sebagian kecil saja yang berstatus negeri. Paling tidak dari segi otonomi, madrasah swasta barangkali yang paling siap menyongsong otonomi pendidikan. Dari sisi ini pula, madrasah swasta sesungguhnya menempati posisi terdepan dlam melakukan mobilitas antar generasi. Yakni dalam bentuk membekali generasi mendatang dengan kemampuan, keahlian dan kompetensi yang tangguh. Jumlahnya yang besar, lokasinya yang menyebar hingga di desa-desa, dan uang sekolah yang relatif terjangkau, memungkinan madrasah swasta memainkan peran strategis dalam menyiapkan SDM, khususnya dari kalangan masyarakat kecil.

Kehadiran madrasah swasta yang berkualitas dalam berbagai jenis dan jenjang pendidikan sebenarnya sangat diharapkan oleh berbagai pihak khususnya umat Islam. Bahkan kini terasa sebagai kebutuhan sangat mendesak terutama bagi kalangan muslim menengah ke bawah yang secara kuantitatif terus meningkat belakangan ini. Namun terkadang harapan itu hanya seperti menggantang asap, menunggu sesuatu yang sangat sulit untuk terwujudkan.

Meskipun diakui bahwa potensi madrasah itu begitu besar, namun perkembangan madrasah terutama madrasah swasta dirasakan semakin lama semakin kehilangan wibawa dan tidak banyak diminati para orang tua murid. Popularitas madrasah semakin lama semakin redup seiring dengan pandangan hidup yang serba pragmatis dan material oriented. Madrasah yang dahulu menjadi primadona, kini mulai berguguran satu persatu, bukan untuk patah satu tumbuh seribu, tetapi patah satu menyusul seribu. Madrasah telah jatuh menjadi lembaga pendidikan kelas 2 yang tidak menjanjikan “gengsi”. Pertanyaannya adalah, haruskah benteng pertahanan pendidikan Islam ini hancur lebur terseret arus modernisasi?

Download komplitnya disini


0 komentar: