CONTENT

31 Maret 2009

Karir Seorang Tuna Netra

Artikel ini saya dapat dari milis yang saya ikuti, sangat memotivasi.


Terlahir buta bukan berarti dunia berhenti berputar. Profesi yang bisa
dijelajahi pun tak hanya tukang pijat atau berakhir di jalanan sebagai pengemis.

Pemuda 27 tahun ini membuka mata kita, orang buta bisa ikut menggenggam dunia. Dia menjadi orang Indonesia pertama yang karya ilustrasi musiknya dipakai oleh perusahaan game digital Jepang, dia pun seorang jurnalis. Namanya Eko Ramaditya Adikara.

Menulis buku, mendesain sebuah website di internet sampai menjadi komposer permainan elektronik dilakoninya dalam kondisi buta. Cacat dari lahir itu pula yang membuatnya tak mau menyerah dan terus berkarya. Ramaditya berdamai dengan cacatnya dan menganggap kegelapan sebagai berkah.

Eko Ramaditya: Halo selamat siang dengan Rama? Masuk yuk.. sama siapa?
Sendrian. Masuk aja.. mari..

Rama langsung mengajak saya ke lantai dua. Rumahnya gelap, saya sempat beberapa kali menyenggol perabotan dan terantuk tangga. Malah Rama yang menuntun saya.

Kami sampai di ruang kerja Rama, saya minta Rama menyalakan lampu dan komputer miliknya.

Eko Ramaditya: Nama lengkap saya Eko Ramaditya Adikara. Saya biasa dipanggil Rama. Saya lahir pada 3 Februari tahun 81 di Kota Semarang. Ketika lahir tim medis mengatakan, saya menderita Tuna Netra. Itu ditandai karena saya tidak menangis. Tidak menangis adalah salah satu tanda bahwa organ saya ada yang tidak berfungsi. Karena biasanya bayi akan menangis ketika melihat dunia yang baru. Orangtua Rama mendidiknya seperti mendidik anak yang punya penglihatan normal. Tak ada beda.

Eko Ramaditya: Kedua orangtua saya sangat sedih waktu itu. Namun mereka akhirnya menerima dengan lapang dada. Itu terbukti dengan bagaimana mereka mendidik saya sampai sekarang. Tidak ada pengecualian dan saya tetap diperlakukan sperti anak anak lainnya yang berpenglihatan. Mulai dari bermain, masuk jenjang pendidikan dan pekerjaan dan perlakuan lain yang cukup adil dengan adik saya.

Ada satu peranti yang sangat membantu kehidupan Rama di dunia yang terang benderang. Benda itu adalah komputer dengan screen reader alias pembaca layar.

Eko Ramaditya: Untuk mengerjakan semua itu, saya menggunakan komputer yang menggunakan pembaca layar, yaitu aplikasi yang akan menyuarakan teks atau obyek yang muncul di layar monitor. Misalnya kita membuka start menu, membrowse file yang ada di folder maka ia akan berbunyi [bunyi komputer). Dengan cara ini saya mampu mengerjakan tugas yang biasa dikerjakan menggunakan aplikasi kantor seperti Word, Excel dan Power Point. Saya juga mampu browsing, surfing, chatting, bahkan mengerjakan proyek musik digital di komputer dengan bantuan screen reader.

Sejak 2006, Rama digandeng perusahaan game asal Jepang, Nintendo, untuk menggarap musik latar permainan mereka. Tiga karya musik digital Rama kini digunakan sebagai ilustrasi game terkenal oleh perusahaan Korea, Grafiti dan Nintendo dari Jepang.

Rama adalah satu-satunya orang Indonesia yang karyanya digunakan untuk
ilustrasi permainan digital produksi luar negeri.

Eko Ramaditya: Ini adalah musik untuk salah satu game yang berjudul Seno Saga episode 2, untuk platform Playstation 2 pada tahun 2004. Lagu ini berjudul Wind Garden, diambil dari game Super Mario Galaxy, diproduksi Nintendo tahun 2007 dan saat ini menjadi salah satu game paling top produksi Nintendo. Hingga saat ini masih menduduki urutan pertama.

Berbekal pekerjaaan yang kini dilakoni, Rama bisa menghidupi diri sendiri. Tak lagi tergantung orang lain.

Eko Ramaditya: Untuk nominal tidak bisa saya sebutkan. Alhamdulillah saya bisa menghidupi diri sendiri dan sedikit-sedikit juga bisa membantu keluarga dan mempersiapkan masa depan saya.

Rama bukan orang buta biasa. Dia membuktikan kalau orang buta, bisa sama hebatnya dengan orang melek. Selain menggarap musik untuk game, Rama juga bekerja sebagai jurnalis di beberapa media online dan menjadi motivator.

Eko Ramaditya: Saat ini saya bekerja sebagai jurnalis dibeberapa media online. Saya juga gemar nge blog dan punya website pribadi yang saya bangun sendiri di alamat www.ramaditya.com .
Saya juga berprofesi sebagai motivator. Cukup menyenangkan juga bisa membangun motivasi diri untuk orang-orang, mulai dari sekolah, kampus, perusahaan hingga akhirnya membawa saya jalan-jalan keliling Indonesia.

Selain pakai ojek, Rama sering jalan-jalan keluar rumah dengan angkot atau bus. Rama memang terbiasa pergi dengan angkutan umum; bahkan untuk pergi ke luar kota. Rama pernah ke Palembang, Bandung, Tasikmalaya atau Semarang, naik bus, sendirian.

Masih banyak yang ragu akan kemampuan tunanetra. Slamet sempat meragukan Rama, tapi kini justru menjadi kawan karib.

Slamat: Namanya juga tunanetra. Awalnya begitu. Cuma dia kan orangnya positif banget ya, kalau dia bilang bisa, pasti bisa. Waktu itu dia ngajak gw ke rumahnya, trus ngasih unjuk bagaimana dia mengoperasikan komputernya. Gw lihat sendiri, ternyata begitu ya. Tunanetra juga bisa ngoperasikan komputer. Cara pandang gw soal tunanetra itu jadi berubah dan lebih luas. Oh.. ternyata tunanetra bukan cuma jadi tukang pijet. Akhirnya gua coba berteman dan berbagi informasi soal IT. Ibaratnya Rama itu kaya bukan tunanetra, kaya orang biasa aja gitu.

Hasil yang indah, biasanya dilakoni dengan proses yang keras. Begitu pula yang dialami Rama. Penolakan nyaris selalu dialami, sejak bersekolah, bekerja sampai ke urusan cinta.
Eka Ramaditya: Dalam hal pendidikan misalnya, saya hampir ditolak ketika ingin masuk ke SMP umum, juga ketika saya kuliah, uang pendaftaran sempat dikembalikan karena kampus beralasan mereka tak punya fasilitas yang mendukung untuk tuna netra. Kemudian lamaran saya pernah ditolak oleh sebuah perusahaan, bukan karena kelengkapan CV. Tapi karena saya tidak melihat.

Dalam hal percintaan pun begitu. Saat saya mencitai gadis, calon mertua saya tak bisa menerima. Itu contoh diskriminasi yang saya hadapi

Urusan sekolah, Rahardi, ayah Rama, berperan besar supaya Rama bisa diterima di SMP umum. Orangtua Rama memang ingin anaknya mendapat pendidikan inklusif, tak beda dengan anak lain yang bisa melihat normal. Sebelumnya Rama pernah juga sekolah di Sekolah Luar Biasa selama enam tahun.

Demi bisa masuk sekolah biasa, Rahardi sampai harus berbohong.

Rahardi: Saya berbohong gimana supaya tekad anaknya dan saya bisa masuk umum. Ini suatu kesempatan. Saya Berbohong dan nerobos ke Kanwil bilang kalau anak saya bisa melihat sejauh tiga meter pak. Kalau ngga kan ditolak. Akhirnya direkomendasi bahwa murid yang bersangkutan bisa mengikuti daftar di SMP umum. Allhamdulilah diterima.

Setelah diterima, tantangan justru bertambah. Buku pelajaran, semua tercetak, tak ada suaranya. Rama pun tak bisa belajar. Jadilah Rahardi merekam semua buku pelajaran sekolah, supaya anaknya bisa belajar lewat suara.

Rahardi: Saya rekam itu sampai jadi sepuluh kaset bolak balik satu kaset. Itu satu buku. Itupun saya ngerekam sampai jam dua-tiga malem. Jadi kalau pulang kerja saya rekam. Kadang kadang bersin bersin, nguap itu terekam masuk. Tapi saya ga potong. Saya terusin aja. Itu berjalan tiga tahun.

Rupanya hal itu sedikit banyak membuat semangat si Rama. Wong bapakku sampai bersin ngantuk dan nguapnya aja masuk dalam rekaman.

Saya pernah naik motor jemput rama tengah malam hujan, dari asrama untuk saya pulang ke rumah. Dengan baju kotor saya taruh tengki dan dia masih pakai piayama. Itu saking menghindari banjir malah air yang masuk ke dalam motor.

Karena mobil lewat dengan cipratan air yang tinggi. Rama yang tunanetra malah ngedorong motor. Itulah saat saya sebagai laki laki menangis berdua. Saya bilang "mas, berat juga ya mas."

Susah senang, pahit manis Ramaditya menuju keberhasilan dituangkan Rama lewat buku berjudul 'Blind Power'. Eko Ramaditya Adikara berdamai dengan kegelapan, bercerita tentang tunanetra yang menaklukkan dunia.

Eko Ramaditya: Kepingin ga sih lihat warna warna dunia? Nope. Pingin lihat wajah Rama sendiri? Ngga. Kalau boleh saya lihat, saya pengen lihat video game. Ga pengen lihat warna, orangtua atau alam.

0 komentar: